Cerpen- Ta'aruf Cinta

0
Senja ini membawa kedamaian sepanjang hari. Rasa letih seakan terhibur dan terurai dengan keindahan sore ini. Ketika waktu terus pergi mengitari petang dengan beriringan mentari yang tenggelam.

Perkenalkan, namaku Firman Aditama. Aku seorang pria yang fanatik terhadap keindahan senja. Aku juga suka menulis suatu cerita dan mempostingnya ke blog pribadi.

Sekarang ini, aku ingin pergi ke suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Rasa ingin tahu dan menambah pengalaman selalu menghantui diriku. Aku pikir, dengan pergi merantau ke Negeri orang akan membuat hidupku mandiri dan lebih dewasa.

Namun, orang tuaku tidak mengizinkanku untuk pergi ke mana-mana. Alasannya simple saja, aku harus menamatkan diri dari perkuliahan. Padahal, aku tidak mau kuliah karena terhalang biaya dan tidak mau memberatkan orang tua.

Aku tergolong orang yang sederhana dan tidak pernah berfoya-foya. Masa mudaku memang bersih dari hal-hal negatif karena memang aku dituntut untuk hidup biasa saja. Sampai suatu ketika aku punya kenalan seorang gadis cantik bernama Nabila.

Nabila adalah gadis yang baik hati dan tidak sombong. Dia adalah anak orang kaya yang tidak suka memamerkan kekayaan. Dia juga termasuk gadis dengan segudang prestasi yang dicapai.

Kisahku sampai bisa bersahabat dengannya dimulai dari pertemuan tidak sengaja di pusat perbelanjaan. Waktu itu, Nabila kecopetan dan aku hadir sebagai pahlawan yang tidak berkostum. Sejak saat itu, aku dan Nabila berteman baik.

Hari demi hari, aku selalu membayangkan wajahnya yang polos. Kukira hatiku sedang jatuh cinta padanya. Namun sampai saat ini aku tak mampu mengutarakan segalanya.

Sampai suatu hari, dia pamit padaku untuk melanjutkan kuliah ke luar Negeri. Harapanku pupus seketika dan harus merelakannya untuk pergi. Sejak saat itu, hidupku terasa kelam, buram, dan hilang semangat.

Meskipun kami berjauhan, aku masih bisa berhubungan dengannya lewat aplikasi berwarna hijau dengan logo telepon. Namun aku belum berani untuk menyatakan perasaan yang sesungguhnya. Sampai suatu ketika, Nabila telah bertunangan dengan orang lain.

Sejak aku tahu dia bertunangan dengan orang lain, aku memblokir kontaknya. Kukira akan lebih mudah melupakan orang yang kita cinta namun dia tiada rasa. Semenjak itu, aku tak lagi mendengar kabar tentangnya.

Aku tak perduli, aku hanya ingin melanjutkan hidup dan move on dari derita. Seiring berjalannya waktu, hatiku mulai berdamai dengan keadaan. Kusibukkan hariku dengan bekerja setelah lulus kuliah.

Untuk sementara, aku harus membenahi kehidupan dan menatanya menuju kesuksesan. Aku belajar dari kegagalan sebelumnya untuk bangkit dan bersemangat kembali. Kalau bukan aku yang berubah sendiri, maka kehidupan akan tetap seperti ini.

Setelah aku hidup mapan dalam kemewahan, tiba-tiba Nabila datang lagi ke dalam hidupku. Dia bercerita tentang gagalnya pertunangan dan membuka jalanku untuk mendekatinya lagi. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan lagi.

Akhirnya kuputuskan untuk melamarnya di tempat yang indah disaksikan senja yang berkilau. Awalnya dia kaget dan tak percaya dengan apa yang terjadi. Lalu dia mengakui sudah dari dulu ingin dilamar olehku namun takut untuk menyatakannya terlebih dahulu.

Aku sangat bahagia, karena dia menerima lamaranku. Dia juga sama menyimpan rasa sudah begitu lama. Aku menyesal, mengapa tidak dari dulu menyatakan cinta ini padanya.

Tamat.

Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top