Serpihan leluka yang masih menganga
Layaknya hati yang tercabik-cabik
Kiranya rindu ini bisa kau sambut
Namun pikiran tak sesuai keadaan
Penggalan kisah dalam diam
Entah apa yang harus kulakukan
Demi menumbuhkan rasa yang terbuang
Sendiri dalam perapian sang malam
Menangis dalam batin yang kerontang
Berusaha bangkit meskipun tiada yang tahu
Aku masih bersemayam dalam pelukan luka
Perih menerpa menyayat jiwa raga
Mengayuh lembaran nostalgia yang terlupa
Sesuatu yang hilang bagai ditelan nestapa
Masih di sini, dengan harapan engkau masih memendam cinta
Apalah daya semua terasa sirna
Terbawa arus air yang datang secara tiba-tiba
Sudah kuduga, semua akan seperti ini
Saat langit tak lagi menelurkan senyumnya
Saat bumi panas karena sengatan sang surya
Tak terurus lagi semisal ikan yang mati di pantai
Membusuk mengeluarkan bau yang taksedap
Begitulah kiranya semua serba salah
Menenun malam dengan rintihan rasa sakit yang menghujam
Kala kau tinggalkan rasa yang menggebu-gebu
Tinggallah penyesalan yang tak ingin kuratapi
Buih-buih cinta telah kulepaskan
Demikian pula aroma asmara telah ditabur
Manakala masih ada rasa dendam yang membara
Tanah tandus menggambarkan dada yang kering
Berharap air hujan menghapus segala dahaga
Tatkala hidup tak diinginkan kembali
Rasamu rasaku kian hilang terbawa angin lalu
Menanggalkan kisah yang telah kita bina bersama
Ada saatnya aku kembali pulang dengan tangan kosong
Tuhan, aku masih bisa bernafas dan selalu berdoa
Terselip harapan bahwa hari esok akan terasa lebih baik
Sementara burung dara telah meninggalkan sarangnya
Pelik kehidupan menjadi awal tanda kematian
Tak ingin berada di neraka untuk yang kedua kalinya
Sejatinya hidup adalah perjuangan menuju syurga loka
Tak ingin lagi terpisah dan tak ingin lagi memulai cerita baru
Karena kita telah dipisahkan oleh lorong kegelapan
Antara pertemuan semu hanya akan menanyakan kabar
Bahwa sungguh aku masih baik-baik saja
Tanpamu tanpa cinta yang dulu kita rengkuh bersama
Kini tinggal kenangan yang sulit untuk dilupakan
Aku berpikir akan masa depan
Membuka lembaran baru dengan yang lain
Sementara kita haruslah menutup buku pertikaian
Aku tak ingin menuduhmu berbagi dengan yang lain
Sedang kutahu salah ini tak termaafkan
Hingga aku harus membuang diri dari keramaian
Itulah aku manusia biasa
Rasa bersalah pasti akan tetap mendera
Walau puing-puing rindu masih menusuk jiwa
Layaknya serpihan hati yang tak mungkin menyatu dengan sempurna
Rasa malu yang tak terbendung haruslah menjadi perantara
Lantaran aku adalah keturunan Adam
Terusir dari syurga untuk kembali ke syurga
Bahkan tekat kita putih laksana kertas tanpa sentuhan tinta
Tak ada yang mau menjadi kambing hitam
Sementara waktu kian terlambat
Menjemput hasrat yang terlupakan
Meskipun menuntut takkan dihiraukan
Akulah abu pada kayu yang terbakar
Akulah sampah botol minuman
Akulah air limbah pembuangan
Tapi hidup selalu menawarkan pilihan
Dan aku sudah memilihnya
Menjadi pribadi tangguh dan tahu cara kembali
Biarkan masa depan menuntunku ke arah yang benar
Walaupun cobaan tak akan sirna untuk menghantui
Aku pasrah meskipun menjadi manusia yang terkutuk
Kita akan bertemu di alam keabadian
Saat semua tak perlu lagi dipermasalahkan
Dan kebenaran tampak terang menderang
Madura, 30 Juli 2022