Malam itu, Pak Kusnadi pergi ke kebun untuk mengambil buah mangga. Hal itu dia lakukan karena Sang Istri sedang mengidam ingin makan buah mangga. Karena cinta, Pak Kusnadi pergi malam-malam walaupun dalam keadaan gelap gulita.
Awalnya, malam itu Pak Kusnadi berjalan tertatih-tatih menuju kebun buah mangga berada. Dia tidak menaruh curiga apapun dan tetap tenang menyusuri jalan setapak yang dipenuhi semak belukar di sampingnya. Peluhnya menetes karena kebun itu berjarak setengah kilometer dari rumahnya.
Suriya, istri Pak Kusnadi hanya bisa menunggu suaminya dengan rasa gelisah. Pasalnya, sudah satu jam suaminya pergi namun belum ada tanda dia datang kembali. Dia khawatir telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada suami tercintanya itu.
Sementara Pak Kusnadi sudah mau memetik buah mangga di kebun. Buah mangga yang dia petik memang mudah karena pohonnya tidak terlalu tinggi. Jadi dia bisa memetik buah tanpa harus memanjatnya. Buah di kebun itu sangat lebat sehingga mempermudah Pak Kusnadi untuk mengambil beberapa buahnya.
Baru memetik tiga buah mangga, Pak Kusnadi mendengar suara aneh yang berasal dari pohon mangga sebelahnya. Suara itu seperti orang ketawa yang terdengar mengerikan. Lalu Pak Kusnadi menghentikan aktifitasnya dalam memetik buah.
Kemudian, dia mencoba mendekati pohon mangga sebelah yang menjadi sumber suara mengerikan itu. Namun setelah diperiksa, tidak ada siapapun di sana. Hanya terlihat potongan ranting kecil pohon mangga. Perasaan takutnya mulai muncul dan dia ingin segera pulang meskipun hanya membawa tiga buah mangga.
Sementara di rumahnya, Suriya semakin dibuat gelisah, sudah dua jam suaminya pergi namun belum kelihatan batang hidungnya. Hingga dia mendengar suara lolongan srigala yang menyayat hati. Lalu memutuskan untuk menunggu suaminya di dalam kamar saja.
Tiba-tiba, dari luar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Suriya nampak senang karena suaminya mungkin sudah pulang. Lalu dia buru-buru ke luar untuk membukakan pintu.
Senyumnya, merekah setelah melihat Pak Kusnadi telah tiba di rumahnya. Namun dengan ekspresi datar dan keadaan muka yang pucat pasi. Saat Suriya menyapanya, Pak Kusnadi tak menanggapi. Dia hanya diam dan masuk ke dalam rumah menuju kamarnya.
"Pak, di mana buah mangganya?"
Suriya bertanya, karena dia melihat sang suami tidak membawa apa-apa. Pak Kusnadi hanya tersenyum menyeringai dan tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
Hal itu membuat Suriya curiga, telah terjadi sesuatu pada suaminya. Dia hanya menggerutu dalam hati saat tak ada jawaban dari Sang Suami. Terpaksa dia membiarkan suaminya masuk kamar sementara jam sudah menunjukkan pukul 22.00 Malam.
Melihat suaminya yang tidur, Suriya tidak lagi mau berbicara. Dia hanya memendam rasa penasaran sendirian saja. Merasa kesal atas sikap suami yang sudah tidak perhatian lagi.
Sementara di kebun, Pak Kusnadi di serang oleh suara makhluk gaib yang tak kasat mata. Dia terkejut melihat sosok tinggi besar dan berbulu hitam sedang bergelantungan di atas pohon mangga. Dia hanya bisa merapalkan bacaan surat-surat pendek yang dia hafal.
Sejenak gangguan dari makhluk gaib itu menjadi sirna. Namun, beberapa saat kemudian, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Pak Kusnadi terperanjat karena di depannya sekarang nampak kuntilanak yang bermuka hancur. Bau anyir darah menyeruak mengganggu indera penciumannya.
Pak Kusnadi kembali membaca ayat kursyi, yang tidak semuanya hafal. Tubuhnya kembali normal bergerak. Dia lari pontang-panting tanpa berpikir jernih lagi. Malam itu terasa malam terseram yang dia lalui.
Kemudian, Pak Kusnadi yang asli sudah sampai di depan rumahnya. Anehnya, pintu rumah sudah tertutup rapi dan sebagian kamar sudah dimatikan lampunya. Karena biasanya istri Pak Kusnadi tidak akan mematikan lampu kamar, kalau dia belum pulang ke rumah.
'Tok tok tok'
Suara ketukan pintu mengagetkan Suriya yang tertidur pulas. Dia merasa aneh karena tubuh suaminya bau kemenyan. Dia berusaha membuka mata dan menuju pintu luar untuk mengetahui siapa yang bertamu tengah malam begini.
Betapa terkejutnya Suriya kala melihat Pak Kusnadi yang sudah dipenuhi keringat basah. Dia teriak sekencang-kencangnya karena tidak tahu siapa gerangan yang ada di hadapannya sekarang.
"Kamu kenapa teriak begitu?"
Pak Kusnadi bertanya seraya menyerahkan plastik kressek hitam yang berisi tiga buah mangga. Dia hanya berhasil membawa tiga mangga itu untuk diserahkan kepada istrinya.
"Lalu, yang di dalam siapa, Pak?"
"Maksud kamu apa, Bu?"
"Tadi ibu sudah membukakan pintu buat bapak, dan bapak sudah tidur di samping ibu."
Suriya panik dan buru-buru pergi ke kamarnya. Namun tidak ada siapapun di sana. Hanya bau kemenyan itu masih terasa menyengat hidung.
Akhirnya, mereka sadar bahwa malam ini adalah malam jum'at kliwon. Bertepatan dengan bulan purnama. Di mana makhluk gaib suka dengan suasana seperti itu.
Setelah saling bercerita, keduanya saling memahami agar kalau ngidam bisa menyesuaikan dengan waktu. Sehingga setelah itu Suriya tak lagi minta macam-macam walaupun sudah sangat ingin makan sesuatu.