Antara selaput waktu yang pecah di antara jeda
Satu masa yang ceria tertulis dengan indah
Pada kebebasan aku berteriak sekeras-kerasnya
Mencoba utarakan sepenggal kata yang terpendam
Di balik tembok yang penuh dengan mulut-mulut berbisa
Ancaman mematikan selalu mengintai
Terasa tak ingin aku untuk bernafas lega
Upaya hitam di atas putih bermodal rayuan usang
Langkah harus tepat pada jalurnya
Meskipun rasa percaya telah terkikis oleh keadaan
Kala hati sudah berhenti menggaungkan kebanggaan
Terbentang jarak yang telah terpasak
Menanam benih luka di setiap sudutnya
Akan ada kemarahan yang paling dalam
Mata akan terus terjaga sebelum gelap menutupi pandangan
Biarkan penilaian jatuh pada seleksi alam
Dan Tuhan menjalankan kehendaknya tanpa dipaksa
November bercerita tentang peristiwa kelam masa lalu
Di mana seseorang terjerumus pada satu siasat
Kini aku mengerti tentang apa dan siapa yang harus bertanggung jawab
Segalanya telah tertulis rapi tanpa sisa luka maupun selembar kertas perpisahan
Yang ada hanyalah memori untuk mengaji diri sendiri
Perdebatan panjang akan membawa pertikaian tak berkesudahan
Tinggal ranting-ranting kenangan yang terus tumbuh
Dari rasa kecewa dan pengabdian tiada tara
Lalu tumbang tersebab garis Tuhan penuh rahasia
Ada kisah menarik yang tak bisa dilupakan begitu saja
Rasa cinta dan kebersamaan dalam sebuah ketulusan
Pada buah manis yang telah engkau berikan
Mungkin aku tak akan seperti dulu lagi
Zaman yang terus berubah dengan kondisi tubuh yang terus melemah
Bahkan otak sudah sering lupa akan sumber kebaikan
Aku hanya ingin menyendiri
Berusaha menepi dari hiruk pikuk emosi
Supaya jalan ini tak tersandung kembali
Setiap kesalahan yang timbul dari ketidaksadaran
Hanyalah maaf yang tak bisa terurai
Meskipun aku tahu semuanya adalah fatal
Selama jantung hati masih berdetak
Semuga ada kesempatan untuk mengutarakan kerinduan
Walau temu tak utuh seperti dahulu
Madura, 12 November 2022