Cerpen- Horor Komedi, Pertemuan Pertama

0
Amin dan Rizal mendapatkan tugas pos ronda malam ini. Kebetulan mereka berdua adalah sosok penakut dan tidak tahan jika berada dalam kegelapan. Padahal umur mereka berdua sudah lebih 30 tahun.

Awalnya, Amin sempat tidak mau jika meronda bersama Rizal yang penakut. Karena gengsi mereka tinggi, jadilah mereka menyetujui karena tidak mau dianggap penakut oleh warga. Walaupun pada dasarnya mereka memang penakut sejak kecil.

Mereka berdua membagi tugas, yakni Amin berjaga duluan dan Rizal tidur, jika sudah pukul 12 malam, maka Rizal yang akan mengganti Amin untuk berjaga-jaga. Mendapat bagian pertama untuk berjaga, Amin hanya bisa berjalan tidak jauh dari pos ronda. Dia keliling sebentar, lalu kembali lagi ke pos ronda. 

Lalu di kesunyian malam ada orang yang berdagang sate lewat pos ronda. Amin merasa aneh karena baru kali ini pedagang sate itu ada di wilayah desanya. Tanpa ragu Amin mendekati pedagang sate dan menyapanya. Sementara Rizal masih ngorok dengan liur sebaskom di pos ronda.

Kemudian, penjual sate berhenti tepat di depan Amin. Lalu dia menawarkan dagangannya pada Amin yang masih merasa bingung dengan penjual sate tersebut. Pasalnya, dia berpakaian serba hitam dan wajahnya terlihat pucat pasi dan tidak ada ekspresi di sana.

Aroma sate begitu menusuk, hingga Amin terbuai untuk memesan 2 porsi untuk dirinya dan Rizal. Penjual sate bilang jika mau makan satenya harus mengucapkan mantra aneh. Karena itu, Amin jadi penasaran dengan sate tersebut.

Setelah memberitahukan mantra yang aneh itu, penjual sate tiba-tiba menghilang dari pandangan Amin. Amin mulai mengingat dan merapalkan mantra dari penjual sate tersebut. 'Sate perut ayam, bikin bisulan' itulah mantranya dan Amin membacanya 7 kali sebelum menyantap sate.

Rizal yang masih ngorok, tiba-tiba bangun dan menemui Amin sedang menyantap sate. Akhirnya tanpa membasuh muka, dia langsung melahap sate bagiannya. Kemudian sate mereka sudah tinggal satu tusuk. Setelah makan sate terakhir, Rizal merasa aneh dengan rasanya yang familiar.

Seperti rasa tai kambing, sate itu kemudian berubah menjadi tai kambing yang masih basah. Kemudian keduanya muntah-muntah dan Rizal memarahi Amin yang sembarangan memberinya sate dari tai Kambing. Kemudian muncul suara entah dari mana, 'Enak tai kambing rasa satenya bang'.

Sontak keduanya saling berpelukan layaknya teletubies. Kemudian Amin mengingatkan Rizal bahwa sekarang adalah bagiannya untuk berjaga, karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dengan gembira Amin menyerahkan tugasnya pada Rizal.

Awalnya Rizal biasa saja berjaga-jaga dengan penuh tanggung jawab. Dia menyusuri desa dan menjauh dari Amin yang sudah tertidur pulas di pos ronda. Setelah agak jauh dari pos ronda, Rizal kemudian sadar bahwa dia takut jika berada dalam kegelapan.

Bulu romanya berdiri, dia tiba-tiba merinding ketakutan tersebab, ada benda putih melayang-layang tapi bukan plastik, melainkan mak kunti yang sedang tertawa di atas pohon mangga. Dengan cepat Rizal mengambil langkah seribu bayangan menuju pos ronda. Hingga mengagetkan Amin yang tertidur pulas.

Setelah bercerita panjang lebar, Amin menggoda Rizal yang mengatakan bahwa dia penakut dan cupu. Setelah bilang begitu, nampaklah mak kunti di belakang Rizal dan dilihat jelas oleh mata Amin yang ada di depannya. Kemudian Rizal merasa aneh di kakinya, dia berdiri dekat dengan amin namun kakinya terasa basah tanpa hujan.


Sepertinya malam ini akan hujan, namun ternyata air yang mengalir itu adalah air kencing amin yang tak kuasa melihat mak kunti sedang tertawa di depannya. Akhir cerita keduanya pingsan sampai tidak shalat subuh.

Tamat.

Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top