Hatinya mulai disapa rasa takut setelah sampai pada jalanan sepi tanpa ada satu orang pun yang berlalu-lalang. Anehnya pria itu masih menguntit dari arah belakang. Fika berusaha mempercepat laju langkahnya agar bisa terhindar dari ancaman dan mara bahaya.
Setelah sampai pada satu jalan setapak yang mulai ramai lagi, pria yang mengikutinya dari belakang telah sirna. Dada Fika mulai teratur kembali debarannya. Karena untuk saat ini, dia sudah merasa aman karena tidak ada lagi orang misterius yang membuntutinya.
Malam itu, Fika pulang dari pasar tempat dia berjualan peralatan dapur. Sebenarnya toko itu bukan miliknya, tapi milik tetangganya yang memiliki hubungan sangat dekat. Hingga dia mempercayakan toko itu kepada Fika.
Tokonya sangat ramai setiap hari, hingga dia membuka sampai jam 9 malam. Agar bisa melayani pelanggan yang order pada malam harinya. Tanpa terasa ada yang menyaksikan Fika dari jauh. Sesekali Fika menoleh ke arah orang tersebut, namun orang itu buru-buru membuang muka.
Setelah sampai di rumahnya. Fika menceritakan semua pada Aldo kakak satu-satunya. Dia hanya tinggal berdua bersama sang kakak. Karena orang tuanya meninggal secara bersamaan ketika tertabrak angkot setahun yang lalu.
Untuk itu, Fika tidak mau memberi beban yang berat pada kakaknya. Dia juga bekerja menjadi penjaga toko untuk mendapatkan uang tambahan belanja sehari-hari. Kebetulan kakaknya juga bekerja sebagai satpam di daerah perumahan.
Kakaknya merespon dengan antusias, dan khawatir jika adiknya nanti ada yang mengganggu. Dia juga menasehati adiknya agar terus waspada dan memberitahunya jika suatu hari ada pria itu lagi. Aldo sangat menyayangi Fika, apabila ada sesuatu yang mengancam keselamatan adiknya maka dia akan pasang badan untuk membelanya.
Suatu hari, setelah menutup toko, Fika beranjak untuk pulang. Akan tetapi tidak ada orang yang membuntutinya lagi. Hal itu membuatnya gembira karena tidak perlu takut untuk pulang jalan kaki. Karena jarak dari pasar ke rumahnya hanya berkisar 200 meter. Hanya saja jalannya berkelok-kelok dan melewati gang sempit.
Namun, sekitar 50 meter dari rumahnya, tiba-tiba ada yang menyekap mulutnya dengan kain hitam. Sehingga Fika tak kuat menahan nafas dan akhirnya jatuh pingsan. Ternyata ada dua laki-laki yang menculik dirinya.
Aldo yang khawatir, segera berangkat ke pasar untuk menjemput sang adik. Namun dia menemui toko telah ditutup dan tidak ada orang di sana. Hal itu mengingatkan pada cerita sang adik tempo hari.
Fika baru sadar dari pingsannya. Dia heran karena sudah tidur di ranjang yang asing baginya. Dia lalu mau pergi, namun kaki dan tangannya sudah diikat rantai.
Setelah satu jam dia dikurung di kamar itu, ada salah satu orang yang mau masuk ke kamar. Dia sangat kaget, karena orang itu adalah pemilik toko peralatan yang ada di sebelahnya. Hal itu sangat menakutkan bagi Fika, karena orang itu membawa pistol di tangannya.
Sementara Aldo terus mencari adiknya di setiap tempat, namun hasilnya nihil.
Apa yang akan terjadi selanjutnya, pada Fika?
Tunggu kisah selanjutnya tayang.