Oleh: Akhmad Fauzi
Bahwa aku sangat mencintai ibunda
Beliau membesarkanku layaknya kupu-kupu
Seperti barisan pohon kelapa di tepi pantai
Aku diurus sedemikian rupa
Hingga aku menjadi manusia tangguh
Bunda, maafkan aku masih belum bisa membahagiakanmu
Dalam hidup yang masih porak-poranda
Aku memohon pada Tuhan agar engkau bahagia
Dikelilingi orang-orang baik,ramah,dan cinta
Diselingi tawa canda lepas ceria
Hingga aku melihatmu dari jauh dengan tatapan bahagia
Bundaku sayang,akulah anak durhaka
Yang selalu menorehkan leluka
Bahkan aku tak mampu menambal hatimu dengan cindera mata
Sampai usiamu renta dan tak berdaya
Dalam hatiku aku sudah berusaha
Membahagiakanmu dalam gelap gulita
Bahkan dengan memakai damar tua
Kuingin menyinari relung hatimu
Meskipun terpontang-panting dengan usaha
Meskipun materi bukan menjadi ukurannya
Duniaku gelap, Bunda...
Hingga cerita hidupku yang kelam
Masih membebani perjalanan hidupmu
Karirku yang sudah diujung tanduk
Namaku yang kian meredup
Diusiaku yang bukan kanak-kanak lagi
Kuingin menyulam harapan
Bermandikan cahaya pelangi bersamamu
Sampai kutulis jembatan cinta untukmu
Hingga kupegang erat tanganmu
Dengan sebilah rindu yang membekas
Bahkan tiada satupun orang yang tahu
Biarkan jeritan hati ini
Menjadi dedoa dalam diam
Bahwa aku sangatlah menyayangimu
Bait-bait puisi ini kurangkai
Agar nafasku panjang demi menopangmu sampai pada peraduan terakhir
Di saat gema tahlil berkumandang sangat dekat di telingaku
Langit dan bumi menjadi saksinya
Bahwa lautan kasihku tak terhingga untukmu
Sampai tiada lagi orang yang harus kucinta
Sekian...
Madura,02 Oktober 2021