Semilir angin pagi membawanya terbang
Mengitari lorong-lorong gelap tak bertuan
Ada kalanya sakit yang kurasakan
Adalah ego yang belum jua stabil
Mengalahkan sifat hati yang jujur
Dusta pikiran tak hentinya meracuni otakku
Ia diam tak pernah mau pergi menjauh
Seakan memenjarakan langkah ini
Aku yang bingung di tengah pusaran air masa depan
Mencari kehidupan ke arah terbaik
Mencium syurga duni yang penuh fata morgana
Wajahku hilang ditelan peradaban
Sedangkan anak-anak masih saja tersenyum
Menikmati indahnya mentari pagi yang ceria
Siang dan malam seakan mencambukku
Menyisakan leluka perih yang tajam
Mentertawakanku dengan penuh ambisius
Bak raja ditinggalkan rakyatnya
Hatiku sepi,kelam,dan sedikit rapuh
Berharap air cinta datang dengan tiba-tiba
Hujanpun turun menyambangi air mata
Banjir derita memaksaku dengan sesaknya nafas
Menghancurkan harapan yang resmi kurajut
Malapetaka!
Hidup malu mati tak ada yang mau tahu
Beginilah nasibku yang pontang-panting
Hanya ada satu harapan
Bangkit, atau akan terpuruk selamanya
Tertutup awan hitam dan sambaran petir
Aku juga ingin merasakan kebahagiaan
Layaknya burung-burung pagi yang berterbangan
Menyanyikan lagu anak kecil di pangkuan mama
Dimanja bak kandungan pertama
Mendapatkan kasih dan sayang sepenuhnya
Melihat pelangi muncul setiap hari
Dalam kehidupanku yang kerontang
Penuh ujian dan beribu tekanan
Hingga aku tak sanggup untuk hidup lagi
Pilihan yang salah, mungkin?
Atau aku terlalu lugu atau dungu
Meniti kehidupan sebelum datang masanya
Beruntung aku merasa masih memiliki Tuhan
Senantiasa membolak-balikan hasratku
Demi menemukan satu masa yang indah
Bersama keluarga setiap satu perayaan
Mungkin semua ini hanyalah mimpi
Yang tlah meracuni otakku
Karena yang kudapat hanyalah kekecewaan
Sekian...
Madura,03 Oktober 2021