Nah kali ini kita akan membahas sebuah film Indonesia yang tayang pada tahun 2008, disutradai Oleh Mouly Surya dan ditulis oleh Joko Anwar. Hmm, kombinasi antara Mouly Surya dan Joko Anwar aja udah menjadi jaminan kalau film ini akan sangat dahsyat ya. nah, judul filmnya adalah fiksi. Yes, fiksi dengan titik. Dan seperti apa ceritanya? Langsung aja masuk ke pembahasan alur lengkap fiksi. Dengan titik.
Alur cerita
Adegan dimulai dengan seorang perempuan yang melihat datangnya rombongan mobil ke rumahnya. Perempuan itu bernama Alisa, tetapi bukannya menyambut orang yang datang, dia malah pergi ke kamarnya dan bermain cello.
Seorang perempuan paruh baya mengetuk pintu kamarnya, tetapi Alisa tidak peduli. Pintu dibuka, dan perempuan paruh baya itu pun mendatangi Alisa. Dia meminta Alisa untuk menemui ayahnya yang datang. Meski kesal, Alisa pun turun ke lantai bawah dan menemani ayahnya makan.
Waktu itu, Alisa bilang ingin mencari kerja karena bosan tinggal di rumah sendirian. Namun ayahnya tidak mengizinkan, dan bilang akan menambah uang jajannya. Tapi Alisa bukan mau uang. Alisa bilang kalau dia tidak boleh kerja, dia ingin dibolehkan ikut ayahnya pergi keluar. Tapi ayahnya juga menolak dengan alasan kalau dia kerja.
Tak lama kemudian, ayahnya pergi, dan Alisa kembali ke kamarnya. Karena kesal, dia mencoret foto ayahnya dan memberi tulisan monyet.
Siangnya, Alisa nekat pergi ke suatu tempat bersama sopir pribadinya. Dia datang ke sebuah perusahaan digital, dan ingin melamar kerja di sana. Namun bapak-bapak pemilik usaha tidak suka dengan gaya desain Alisa. Bapak-bapak itu meragukan kemampuan Alisa. Namun tak lama kemudian, bapak-bapak itu menerima panggilan telepon. Setelah berbicara dengan orang lewat telepon, dia kembali menemui Alisa, dan bilang kalo Alisa bisa bekerja di tempatnya.
Alisa curiga karena bapak-bapak itu mendadak berubah pikiran. Alisa pun pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke mobil. Di sana, Alisa langsung mengambil HP sopirnya, dan menelepon nomor yang ada di panggilan keluar. Dan benar saja, ternyata nomor telepon itu terhubung ke bapak-bapak pemilik usaha digital. Alisa kesal dan akhirnya pulang.
Malam harinya, Alisa bermimpi didatangi perempuan yang sedang hamil. Perempuan itu adalah ibunya. Alisa pun mengikuti ibunya ke lantai bawah. di sana, ibunya berkata bahwa ayahnya ingin membunuhnya. Ibu Alisa tidak terima dibilang gila oleh semua orang. Karena itu, dia mengambil sebuah pistol yang tersembunyi di sebuah buku. Menurut ibunya, pistol itu akan digunakan ayahnya untuk membunuhnya. Dan karena tidak mau dibunuh, maka ibunya pun berniat untuk bunuh diri. Dia meminta Alisa untuk ikut bunuh diri setelah ibunya mati. Setelah itu, ibunya yang sedang hamil itu pun menembak dirinya sendiri. Dia dan adik Alisa yang ada di dalam kandungan pun terbunuh.
Alisa bangun dari tidurnya saat hari sudah siang. Dia membuka jendela kamarnya yang mengarah ke sebuah kolam renang. Ternyata, ada seorang laki-laki yang sedang membersihkan kolam renang itu. setelah membersihkannya, laki-laki itu pun berenang. Alisa penasaran dengan laki-laki itu, dan bertanya kepada bibi pembantunya. Menurut bibi, laki-laki itu adalah pengganti sementara Pak Pono yang sedang mudik. Menurut bibi, laki-laki itu juga sering membantu istri pak Pono yang punya warung di sekitar Blok S.
Alisa pun semakin penasaran dengan laki-laki itu, dan mengamati gerak-geriknya. Alisa juga mengintip ketika laki-laki itu pamit pulang dan diam-diam mengambil boneka keramik berbentuk kelinci dari dalam lemari rumahnya. Beberapa saat kemudian, Alisa mengambil boneka kelinci lainnya, kemudian diletakkan di lemari itu. esok harinya, laki-laki itu datang lagi, dan setelah membersihkan kolam, dia kembali mencuri boneka kelinci yang ada di dalam lemari. Nama laki-laki itu adalah Bari, dan sayangnya menurut bibi Tuti, Bari besok tidak datang karena Pak Pono sudah kembali dari mudik.
Besoknya, Alisa meminta sopirnya yaitu pak Bambang, mengantarnya ke kawasan Blok S. Alisa pun mendatangi kawasan warung-warung pinggiran yang sangat ramai. Di sana, dia memesan es jeruk, kemudian menunggu munculnya Bari. Alisa menunggu sampai malam, dan akhirnya Bari muncul di sana.
Alisa pun mengikuti ke mana Bari pergi. Laki-laki itu naik bis umum, sementara Alisa langsung mencegat sebuah taksi. Alisa pun mengikuti Bari sampai ke tempatnya tinggal. Ternyata Bari tinggal di sebuah rumah susun di kamar nomor 65. Di kamar itu, ternyata Bari tinggal bersama dengan seorang perempuan yang sudah pasti adalah pacarnya. Karena penasaran dengan Bari, Alisa pun menyewa kamar di sebelah kamar Bari yang memang sedang kosong.
Tak lama kemudian, Alisa pun pulang ke rumah, dan langsung dimarahi Bu Tuti dan Pak Bambang. Alisa tidak peduli dengan omelan Bu Tuti dan langsung pergi ke kamarnya. Tak lama kemudian, Alisa pun mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pindah ke kamar di sebelah kamar Bari dan pacarnya.
Esok harinya, Alisa meminta pak Bambang mengantarnya ke suatu tempat. Begitu sampai, Alisa meminta Pak Bambang mengangkat barangnya ke dalam ruangan. Sementara pak Bambang pergi, Alisa pun mengemasi barang-barang lainnya dan memasukkannya ke bagasi taksi. Setelah semuanya masuk bagasi, Alisa pun pergi dengan taksi itu menuju rumah susun tempat Bari tinggal.
Alisa kemudian menempati kamar tepat di sebelah kamar Bari. Dia menata barang-barangnya, dan melihat pemandangan kota dari jendela kamarnya. Malam harinya Alisa mendengar suara Bari bersama pacarnya. Dia pun mengintip mereka berdua yang baru saja datang dan memasuki kamar mereka.
Beberapa saat kemudian, Alisa kebingungan karena wastafelnya macet. Untungnya, Bari datang dan menolongnya. Bari pun membenarkan wastafel itu dan akhirnya airnya bisa mengalir lagi. Setelah itu, Bari mengajak Alisa untuk datang ke kamarnya. Alisa pun ikut Bari, dan dia dikenalkan dengan perempuan bernama Renta. Di sana, Alisa mengaku bernama Mia kepada Renta dan Bari.
Alisa pun pingin pamit karena Renta sedang belajar. Namun Renta bilang kalau dia hanya membaca catatan dan tidak sedang belajar. Bari bilang kalau Renta itu calon psikolog. Mereka berdua pun malah membahas tentang buku. Dari obrolan itu, Alisa tau kalau Bari adalah seorang penulis. Namun menurut Renta, Bari tidak pernah menyelesaikan tulisannya. Namun Bari bilang, suatu saat nanti dia akan menyelesaikan bukunya dan akan terbit. Bari yakin bukunya akan best seller.
Alisa melihat boneka-boneka kelinci yang terpajang di sana hasil curian Bari. Dia bertanya siapa yang suka kelinci, dan Renta menjawab dia yang suka. Waktu itu, Bari jadi ingat sesuatu dan mengeluarkan boneka kelinci dari tas kecilnya. Renta tau bari mencuri lagi, tapi Bari nggak peduli karena dia mencuri dari orang kaya. Setelah itu, Alisa tanya Bari dan Renta itu teman atau saudara. Bari mencium pipi Renta dan bilang kalau mereka adalah teman hidup.
Beberapa saat kemudian, Alisa kembali ke kamarnya. Dia menempelkan kupingnya ke dinding, dan mendengar samar-samar Bari dan Renta yang sedang bercinta.
Esok harinya, Alisa bermain cello di kamarnya. Karena tertarik mendengar suara itu, Bari datang menemuinya. Alisa pun mengajari Bari cara bermain Celo, tetapi ternyata Bari tidak bisa. Setelah itu Bari ngobrol dengan Alisa. Dia bertanya kenapa Alisa pindah ke sana. Alisa bilang kalau bapak dan ibunya sudah lama meninggal, dan dia tinggal bersama bibi. Kemudian Alisa merasa bahwa sudah waktunya dia untuk tinggal sendiri.
Bari bertanya apa pekerjaan Alisa. Alisa bilang kalau dia masih mencari pekerjaan. Kemudian Alisa bertanya apa pekerjaan Bari. Bari menjawab kalau dia bekerja apa saja asalkan menghasilkan uang, alias serabutan. Alisa bertanya kenapa Bari tinggal di rusun itu. Bari bilang, jika dia ingin menjadi penulis dan butuh inspirasi, maka dia harus tinggal di rumah susun.
Menurut Bari, rumah susun itu seperti sirkus. Orangnya bermacam-macam dan aneh-aneh. Bari kemudian menceritakan bahwa dia sudah menulis cerita yang inspirasinya dari berbagai orang di rumah susun, tetapi dia tak pernah bisa menentukan akhir dari masing-masing kisah. Menurut Bari, alasan kenapa ceritanya belum selesai adalah karena dia menggunakan orang-orang di rusun sebagai tokoh ceritanya. Dan karena orang-orang itu masih hidup, maka sangat susah untuk mengakhiri kisah tersebut.
Setelah itu, Bari mengajak Alisa untuk berkeliling melihat para penghuni di rumah susun tersebut. Mereka pergi ke lantai satu, yang merupakan pusat bisnis dari rusun tersebut. Di sana ada apa aja, mulai dari warung makan, tempat ngopi, salon, tempat fotokopi, bahkan ada juga wartel di sana. Mereka lanjut ke lantai dua. Menurut Bari, lantai itu ditinggali oleh keluarga biasa. Lantai dua juga sangat ribut karena banyak anak-anak berkeliaran di sana.
Bari mengajak Alisa ke lantai tiga, yang dihuni oleh para waria. Menurut Bari, dari senin sampai kamis, mereka menjadi laki-laki. Barulah jumat sabtu dan minggu mereka menjadi perempuan. Mereka semua tinggal beramai-ramai di satu kamar. Sementara itu, lantai empat kebanyakan diisi oleh para mbak-mbak open BO. Menurut Bari, kebanyakan dari mereka berkelas tinggi sehingga tidak terlihat seperti PSK. Mereka tinggal di rusun yang murah, sehingga sisa uang ditabung dan dikirim ke keluarga mereka di kampung.
Lantai lima menurut Bari adalah sarangnya bandar narkoba. Mau cari narkoba jenis apa pun semuanya ada di lantai itu. sementara itu lantai enam adalah lantai kamar mereka. Kebanyakan diisi oleh mahasiswa atau pegawai kantoran. Mereka lanjut ke lantai tujuh, dan menurut Bari di sana adalah lantai yang ditempati para homoseksual. Saat jumat malam, biasanya akan ada pesta di sana. Menurut Bari, mereka semua orangnya sangat asyik dan ramah dengan orang lain.
Dan lantai teratas adalah lantai delapan. Di sana dihuni oleh para istri simpanan. Mereka tinggal di lantai atas agar tidak dilewati oleh orang lain. Kemudian Alisa bertanya tentang lantai Sembilan. Menurut Bari, lantai Sembilan kosong dan yang menghuni lantai itu adalah setan. Bari mendengar kabar bahwa lantai atas dihuni oleh arwah orang-orang yang gentayangan waktu rumah mereka terbakar. Dulu, rusun itu berdiri di kawasan penduduk. Rumah-rumah penduduk terbakar atau mungkin dibakar, dan setelah itu dimulailah proyek pembangunan rumah susun.
Setelah itu, Bari mengajak Alisa untuk pergi melihat tokoh-tokoh dari ceritanya. Dia mengajak Alisa melihat seorang kakek yang duduk di depan sebuah kamar. Menurut Bari, kakek itu tidak pernah masuk ke kamarnya sejak rumah susun dibangun lima tahun lalu. Dalam cerita Bari, alasan kakek itu tidak masuk adalah jika sang kakek masuk kamar berarti dia sudah kalah dan ‘mereka’ akan menang. Alisa bertanya siapa ‘mereka’ itu. Bari pun menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang membakar rumah penduduk termasuk milik sang kakek. Sebagai ganti rugi, keluarga kakek itu diberi satu unit kamar secara gratis, namun sang kakek menolak masuk ke kamar.
Mereka kemudian pindah melihat ke tempat lain. Bari menunjukkan sebuah kamar di ujung yang pintunya tidak pernah dibuka. Yang tinggal di kamar itu adalah perempuan berumur 65 tahun dan bernama Bu Dirah. Menurut Bari Dia sudah tinggal di situ semenjak rumah susun ini dibangun.
Dahulu, dia tinggal di rumah yang tanahnya sekarang menjadi rumah susun ini. Alisa bertanya kenapa pintunya tidak pernah dibuka. Bari berkata karena Bu Dirah punya banyak sekali kucing. Menurut desas-desus yang didengar Bari, Bu Dirah masih perawan, dan sangat menyayangi kucing-kucingnya. Dulu Bu Dirah cuma punya satu kucing, kemudian dua, dan lalu beranak pinak sampai banyak. Menurut Bari, Bu Dirah itu orangnya sedikit gila. Bari juga bilang kalau Bu Dirah hanya mau keluar saat membuang sampah.
Alisa bertanya apa menariknya menuliskan cerita tentang orang yang menyukai kucing-kucing. Bari bilang, dalam ceritanya, Bu Dirah dulu pernah punya tunangan. Suatu ketika, tunangannya mati dibunuh. Dan di samping mayat tunangannya ada seekor kucing. Bu Dirah sangat yakin kalau kucing itu adalah jelmaan dari arwah tunangannya. Kemudian Bu DIrah menganggap kucing-kucing itu adalah anak mereka.
Bari pun mengajak Alisa pergi melihat dua orang laki-laki. Yang satu bernama Rudi, dan yang satu bernama Dani. Mereka adalah pasangan homoseksual. Yang menarik adalah, Bari menduga bahwa mereka berdua adalah bapak dan anak. Alisa bertanya darimana Bari tau. Bari bercerita kalau dulu dia dekat dengan Dani. Suatu malam, Bari pernah main ke kamarnya, dan Rudi ternyata belum pulang selama tiga hari. Dani yang sedang mabuk lalu menangis , kemudian Dani pun curhat kepada Bari. Secara tidak langsung, Dani bercerita kalau Rudi adalah bapaknya. Menurut Bari, waktu itu ibu Dani menelepon dan bertanya dia ada di mana. Namun Dani tidak memberitau lokasinya. Alisa kemudian bertanya darimana Bari tau mereka adalah pasangan homoseksual. Bari bilang bahwa semua orang di sana tau kalau mereka adalah pasangan homoseksual.
Menurut Bari, dia sudah menulis semua cerita tentang orang-orang itu, tetapi belum bisa menuliskan akhirnya. Alisa bertanya kenapa Bari tidak mengarangnya saja, tetapi ternyata Bari sudah mencoba, dan belum menemukan akhir yang tepat. Lagipula, Bari merasa kalau dia harus menuliskan apa yang benar-benar terjadi kepada para tokohnya. Dia memang bisa mendramatisasi beberapa bagian, tetapi untuk plotnya harus benar-benar dari kisah nyata.
Alisa kemudian ingin melihat tulisan yang sudah dibuat Bari, tetapi Bari malu dan tidak mengizinkannya. Namun Alisa terus memohon, dan Bari pun mau menunjukkan hasil tulisannya. Alisha pun membaca tulisan Bari di kamarnya. Setelah membaca tulisan itu, Alisa pun memutuskan untuk tertidur.
Dia kembali bermimpi tentang ibunya yang sedang hamil. Ibunya mengelus-elus Alisa yang sedang tertidur. Tak lama kemudian, Alisa pun terbangun. Esok harinya, Alisa naik ke lantai tujuh untuk membuang sampah. Dia bertemu dengan Dani yang membantunya membuang sampah. Mereka kemudian berkenalan. Dani ternyata sedang kuliah mengambil jurusan desain grafis. Dia sedang ada tugas membuat desain, dan Alisa penasaran ingin melihat. Mereka pun pergi ke kamar Dani, dan Alisa membantu Dani membuat desain. Dani memperbolehkan Alisa mengurus tugas desainnya, sementara dia merokok di depan pintu. Tak lama kemudian, Alisa pun sudah menyelesaikan tugas itu.
Dani terkagum-kagum melihat desain buatan Alisa. Dia pun mengecek lebih detail desain itu, sementara diam-diam Alisa mengambil ponsel Dani. Dia mengecek nomor ibunya Dani dan menghapalkannya. Tak lama kemudian, Alisa pergi ke wartel dan menelepon nomor ibunya Dani. Telepon pun tersambung, dan Alisa bertanya apa benar dia berbicara dengan ibunya Dani, dan apa benar suaminya bernama Rudi. Perempuan di ujung telepon pun membenarkan ucapan Alisa. Kemudian Alisa berkata bahwa dia tau di mana Rudi dan Dani berada.
Suatu malam, pesta homoseksual diadakan di lantai tujuh. Alisa datang ke sana menemui Dani, dan dia diperkenalkan dengan Rudi. Alisa diajak minum bareng Rudi. Alisa pun bertanya apakah Rudi dan Dani pasangan homoseksual. Rudi pun membenarkannya. Kemudian Rudi bertanya apa Alisa masih perawan atau tidak, dan sebelum menjawab, Rudi menebak kalau Alisa pasti masih perawan. Tak lama kemudian, seorang perempuan yang ternyata ibunya Dani datang. Suasana pun menjadi heboh setelahnya.
Alisa pergi ke lantai enam, dan di sana Bari langsung menemuinya. Bari bilang bahwa dugaannya benar. Rudi dan Dani adalah bapak dan anak, atau lebih tepatnya bapak tiri. Bari bilang ibu Dani tadi datang dan menembak mati Rudi. Namun Alisa malah langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengurung diri. melihat gelagat aneh itu, Bari pun bertanya apa yang terjadi. Alisa berkata bahwa dia ada di sana saat kejadian itu berlangsung. Bari pun masuk ke kamar Alisa, kemudian mendekati dan memeluk perempuan itu.
Namun Alisa malah mulai meraba-raba tubuh Bari. Karena mulai rishi, Bari pun berniat pergi meninggalkan kamar itu. Namun Alisa menariknya kembali ke kamar dan menutup pintu. Setelahnya, mereka berdua lepas kendali dan mulai bercinta. Selesai bercinta, Bari merasa itu adalah kesalahan. Dia pun bergegas meninggalkan Alisa yang masih terbaring di kasurnya.
Sejak kejadian itu, Bari selalu menghindari Alisa. Dia tidak mau menyapa ataupun berkunjung ke kamar Alisa lagi. Suatu malam, Alisa mengambil boneka kelinci dari kopernya, kemudian pergi ke kamar Bari. Renta membukakan pintu, dan Alisa memberinya boneka kelinci itu. di sana, Bari yang sedang mengetik tidak menggubris kedatangan Alisa sama sekali.
Renta bilang, sejak ada kejadian tragis di lantai tujuh, Bari langsung mendapat ide untuk mengakhiri kisah salah satu tokohnya. Setelah itu, Alisa berpamitan, tapi Bari masih tidak menggubrisnya sama sekali.
Seperginya Alisa, Bari pun kesetanan saat menulis. Dia menghabiskan waktu dengan terus menulis karena memiliki banyak sekali ide. Sementara itu di kamar sebelah, Alisa sedang bermain cellonya. Tak lama kemudian saat malam sudah sangat larut, Bari mendatangi kamar Alisa. Alisa membuka pintu, kemudian memeluk Bari. Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar setelahnya.
Esok harinya, Alisa merencanakan sesuatu. Dia mengintai Bu Dirah yang memiliki kucing-kucing dan tidak pernah membuka pintu kamarnya. Waktu itu, Bu Dirah keluar dari kamar karena ingin membuang sampah. Namun ternyata lubang pembuangan sampah di lantai itu sudah dikunci Alisa, sehingga bu Dirah harus turun ke lantai bawah. saat itulah Alisa pergi ke kamar bu Dirah dan mengambil kucing-kucingnya dengan kardus. Dia membawa kucing-kucing itu ke lubang pembuangan sampah, dan langsung melempar semua kucing milik Bu Dirah melalui lubang itu.
Malam harinya, Alisa pulang dari berbelanja. Ternyata sudah ada hal mengejutkan terjadi. Bari mengabarkan bahwa Bu Dirah meninggal setelah melompat dari lantai tujuh. Alasan Bu Dirah bunuh diri adalah karena kucing-kucing kesayangannya lepas. Menurut Bari, ada yang menemukan kucing-kucing itu mati terjatuh dari lubang pembuangan sampah ke lantai dasar. Bari menduga sepertinya ada yang sengaja melakukannya.
Alisa pun berniat pergi ke kamarnya, namun Bari langsung bertanya dia dari mana saja. Alisa bilang dia berbelanja dari pagi, bahkan dia juga menelepon Renta saat di toko tadi pagi. Namun Bari sepertinya tidak percaya dengan ucapan Alisa. Alisa pun bilang kalau Bari sudah termakan cerita fiksinya sendiri jika mengira dia yang sudah membuang kucing-kucing bu Dirah. Namun bari tetap curiga karena semuanya serba kebetulan. Kemarin Rudi meninggal, dan sekarang giliran Bu Dirah. Semua itu terjadi setelah Bari menceritakan cerita fiksinya kepada Alisa.
Alisa pun segera masuk ke kamarnya meninggalkan Bari yang masih curiga.
Beberapa waktu kemudian, Alisa datang ke kamar Bari dan memberikan boneka kelinci kepada Renta. Saat itu Bari barusaja selesai mandi, tetapi dia tidak menggubris kedatangan Alisa. Tak lama kemudian Alisa pun pergi meninggalkan kamar itu, sementara Bari menyalakan komputer dan mulai menulis. Waktu itu, Renta merasa ada sesuatu yang aneh antara Bari dan Alisa. Bari pun berkata kalau dia tidak menyukai Alisa karena sifatnya yang mencurigakan. Alisa seperti mencoba menarik simpati Renta dengan memberikan boneka-boneka kelinci itu.
Beberapa saat kemudian, Alisa yang tertidur kembali mendapat mimpi tentang ibunya. Alisa di mimpi itu masih sangat kecil, dan dia berjalan mengikuti ibunya yang pergi ke lantai bawah. di salah satu sudut rumah, Alisa kecil bertemu dengan Alisa dewasa, dan dia ditodong pistol oleh Alisa dewasa. Alisa pun terbangun dari tidurnya.
Alisa pergi keluar dan mengetuk pintu kamar Bari. Setelah itu, dia kembali ke kamarnya. Bari membuka pintu, dan melihat selimut yang memiliki noda darah perawan Alisa. Karena panik, Bari mengambil selimut itu dan segera membuangnya melalui lubang pembuangan sampah.
Malam harinya, Alisa sudah menunggu Bari dan Renta yang baru saja kembali dari suatu tempat. Bari meminta Renta masuk ke kamar sementara dia ingin bicara kepada Alisa. Waktu itu, Bari berdebat dengan Alisa tentang apa yang sudah terjadi. Alisa bilang dia menyayangi Bari dan dia tidak menuntut apa-apa. Alisa meminta Bari menemaninya, tetapi Bari bilang ingin menemui Renta dan mengatakan semuanya. Alisa bilang Renta tidak perlu tau, tetapi Bari berkata bahwa Renta berhak tau. Bari berkata dia menyayangi Renta, dan berharap ada keajaiban Renta mau memaafkannya.
Alisa kemudian berkata bahwa seharusnya prioritas Bari bukanlah Renta, melainkan cerita-cerita fiksinya. Namun Bari bilang kalau dia membenci ceritanya, karena semuanya berakhir sangat klise. Alisa kemudian berkata bahwa yang klise adalah cerita tentang dirinya sendiri. Cerita tentang laki-laki yang sudah punya pacar namun selalu mendekatkan diri dengan perempuan psikopat. Alisa bilang kalau dia bukanlah psikopat. Dia juga berjanji tidak akan mengganggunya lagi.
Di kamarnya, Alisa mendengar pertengkaran antara Bari dan Renta. Setelah itu Renta pun mengemasi semua barangnya dan pergi meninggalkan Bari. Setelah Renta pergi, bari menyalakan komputernya, dan melihat pesan yang ditinggalkan Renta. Isi pesan itu adalah Renta meminta Bari menyelesaikan semua ceritanya. Bari pun langsung melanjutkan berbagai kisah dari tokoh yang ada di ceritanya, sambil sesekali mencoba menghubungi Renta, namun tak pernah tersambung. Suatu ketika karena suntuk, Bari pergi meninggalkan kamarnya.
Saat itulah Alisa masuk ke kamar Bari dan membaca cerita Bari. Dia membaca mengenai kakek yang menolak masuk ke dalam kamarnya karena tidak mau merasa kalah. Sementara itu, si kakek baru saja bangun dari tikar di depan kamarnya. Dia diminta masuk oleh istrinya, tetapi dia tidak bergeming. Dia duduk sambil melihat foto anak perempuan kesayangannya. Istrinya bilang kalau keluarga pacar anak mereka akan datang, dan dia harus masuk untuk sementara waktu. Setelah keluarga pacar anak mereka pulang, kakek itu boleh kembali duduk di luar. Tetapi omelan istrinya tidak dia pedulikan. Dia tidak akan masuk, karena jika masuk, dia berarti sudah kalah.
Tak lama kemudian, anak perempuan kakek itu datang dan masuk ke dalam kamar. Kakek itu pun bangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu. dia tidak ingin membuat putri kesayangannya malu jika masih ada di depan kamar saat keluarga pacarnya datang. Karena itu, dia berjalan ke ujung lantai rumah susun itu, kemudian duduk di atas pembatasnya. Dia menyantai di sana untuk sementara waktu. Namun tak lama kemudian, Alisa datang dan mendorong kakeki itu sampai terjatuh ke bawah. setelah mendorong kakek itu, Alisa bergegas pergi meninggalkan rusun dan menghabiskan waktu seharian di kawasan blok S.
Malam harinya dia pulang ke rusun, dan langsung dicegat Bari. Alisa ditanya darimana saja, dan Bari curiga kalau Alisa adalah dalang di balik kematian kakek itu. namun Alisa bilang kalau dia pergi dari tadi siang, kemudian bergegas masuk ke kamarnya meninggalkan Bari.
Sementara itu, Bari masuk kembali ke kamarnya dan mulai menulis, sambil sesekali mencoba menghubungi Renta. Di sisi lain, Alisa bermain Cello di kamarnya, sambil mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Ketika Bari dan Renta berdebat, Bari sempat pergi meninggalkan Renta. Saat itulah Alisa datang menemui Renta, dan memintanya pergi mengikutinya. Alisa pun mengajak Renta untuk pergi ke lantai Sembilan yang kosong. Di sana, Alisa menyekap Renta, kemudian pergi kembali ke kamar Bari. Alisa mengemasi semua barang-barang Renta, kemudian meninggalkan pesan di komputer Bari yang meminta Bari untuk menyelesaikan cerita-ceritanya.
Kembali ke masa kini, setelah selesai bermain Celo, Alisa pergi ke kamar Bari yang kosong. Dia membaca cerita Bari tentang dirinya. Tak lama kemudian, Bari datang dan terkejut kenapa Alisa bisa masuk ke kamarnya. Bari pun panik dan khawatir sesuatu sudah terjadi pada Renta. Bari pun menggeledah kamar Mia, dan menemukan barang-barang Renta di sana.
Alisa datang ke kamarnya, dan Bari langsung bertanya di mana Renta saat ini. Namun Alisa malah mengatakan bahwa cerita paling menarik adalah tentang Bari sendiri. Bari tidak peduli, dan terus bertanya di mana Renta. Karena tidak mendapat jawaban, Bari pun berlari ke lantai atas karena teringat Alisa yang menanyakan soal lantai Sembilan.
Bari sampai di lantai Sembilan yang kosong, dan mulai menggeledah setiap kamar yang ada di sana. Dia akhirnya menemukan Renta yang tersekap di salah satu kamar dan dalam keadaan pingsan. Bari pun membebaskan Renta, dan bergegas berteriak meminta tolong. Orang-orang pun berdatangan ke lantai itu membantu Bari, sementara Alisa berjalan menjauhi mereka sambil membawa boneka dan menangis. Bari melihat Alisa pergi, tetapi dia memutuskan untuk mementingkan Renta. Alisa pun memanjat pembatas lantai, kemudian melompat ke bawah dari lantai Sembilan.
Beberapa waktu kemudian, Bari berdiri di depan sebuah toko buku. Tak lama kemudian, Renta datang, dan mereka pun pergi meninggalkan toko buku tersebut. Di toko buku tersebut, sebuah karya fiksi karangan Bari telah terpajang di etalase. Meski melibatkan berbagai hal mengerikan, akhirnya Bari berhasil menyelesaikan ceritanya dan menerbitkan karya itu.
Cerita pun selesai di sana.