Puisi- Malam Berkabut

0
Malam ini aku berusaha bercanda dengan sebuah kenangan
Dimana ada aku dan kamu dalam sebuah perjalanan
Di situ aku merasakan betapa hangatnya satu kebersamaan

Ukiran kisah kita serupa pelangi setelah hujan
Rasa sejuk dan dipenuhi kehangatan
Bahkan warnanya masih menari-nari di mataku

Serupa dengan angin yang membawa kerinduan
Aku bertekuk lutut dengan candu yang engkau siram
Denyut nadi terasa hilang akan sebuah perpisahan

Akan kuceritakan pada dunia bahwa engkau adalah bidadari sebenarnya
Tiada hasrat untuk menggantikan tahtamu di hati yang gersang
Manakala hiasan kehidupan adalah nafasmu di setiap langkahku

Butuh waktu untuk menghapus kenangan yang sempat terdiam
Bahkan dengan jeritan hati sekalipun
Seakan detik-detik menghujam dan membunuh perasaan

Engkau datang untuk menghapus luka yang menganga
Dengan kelembutan dan kasih sayang yang meracuniku dalam koma
Hanya bisa menunggu kapan engkau kembali pulang

Sedang malam berkabut semakin menenggelamkanku dalam kesunyian
Entah berapa lama aku bertahan dalam candu yang engkau berikan
Kupasrahkan pada Tuhan yang satu

Sebisa mungkin akan aku susun kembali retakan demi retakan
Agar kau tahu bahwa aku masih setia di sini
Walaupun sejak lama aku tahu engkau telah berpaling

Rintihan jiwa yang menangisimu dalam penantian panjang
Dalam dekap kejauhan yang tak mungkin lagi bertautan
Alangkah gilanya aku masih menyanjungmu meskipun tertikam

Bilangan hari menjadi saksi bahwa cinta yang aku miliki tak akan pernah padam
Walaupun aku sendiri belum tahu apakah engkau masih mau kembali
Merapatkan tangan seperti semula dan mengucapkan kata kemesraan

Aku semakin larut dalam menapaki rindu tak bertuan
Sementara senyuman yang dulu menjadi pemandangan yang indah kini sirna ditelan badai keangkuhan
Aku masih di sini mempertahankan apa yang kuimpikan

Api kemarahan  membakar kayu asmara yang dirawat sejak dulu
Hanya ada kesakitan meronta mencari air untuk meneguk kesejukan
Mimpi yang hilang dan kenyataan yang berpaling

Harapan telah dimakan rayap keangkuhan
Kini tinggal serbuk kayu ditemani bunga mawar yang layu
Lupa disiram atau sengaja ditinggalkan pemiliknya

Lantaran janji telah dikhianati
Tak ada lagi sekeping kepercayaan 
Karena dusta telah menguasai singgasana

Aku sadar berlari mengejarmu sendiri
Sementara engkau terus menghindar dan bersembunyi
Hidup kita menciptakan sebuah labirin kematian

Pada akhirnya susu dibalas dengan darah
Menipu masa kini untuk bertahan dalam kebingungan
Sementara pelajaran sudah diulang beberapa kali.

Madura,29 November 2022




Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top