Dika sangat malu kepada teman-temannya hingga dia tak mau kelihatan sendirian ketika malam minggu. Di perkotaan memang suatu hal yang biasa ketika merayakan malam minggu bersama pasangan. Akibatnya Dika menganggap malam minggu adalah malam neraka baginya.
Tapi dia bersyukur, karena dengan kejadian ini dia jauh dari dosa. Pasalnya dia adalah anak lulusan pesantren yang ketat dengan keagamaan. Jadi hal itu sudah tidak perlu menjadi masalah berat baginya.
Sebenarnya Dika bukanlah cowok yang tidak laku. Namun dia masih memegang prinsip agama yang kuat yaitu tidak boleh pacaran sebelum ada ikatan pernikahan. Banyak gadis yang suka padanya, namun mereka semua ditolak mentah-mentah oleh Dika.
Jaman sekarang, laki-laki seperti Dika adalah mutiara agama yang tersembunyi. Banyak kalangan anak muda yang tidak paham agama sehingga menghalalkan pacaran dan rasa gengsi yang besar ketika malam minggu tidak ada yang pasangan yang mengajak keluar. Padahal saat itu, mereka sudah menanam benih dosa besar ketika berkumpul dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Dika adalah cowok yang beruntung dari sekian cowok yang bangga dengan pasangan belum sah pada malam minggu berduaan di tempat yang sepi. Untunglah kebiasaan ini hanya ada di kota-kota besar, tapi tidak menutup kemungkinan akan merambah ke pedesaan.
Dika memang anak pesantren yang taat. Dia tidak tergoda dengan bebasnya kehidupan perkotaan. Tapi tidak sedikit walaupun keluaran pesantren masih kalah terhadap godaan yang ada di perkotaan. Makanya, kita harus membentengi diri dengan keimanan yang kokoh supaya tidak mudah terjebak dalam pergaulan bebas di mana pun kita berada.
Boleh saja malam minggu Dika tidak bisa menikmati kemaksiatan dengan lawan jenis yang tidak sah. Tapi hal itu akan membawanya pada keuntungan besar dengan janji syurga yang abadi dan lebih nikmat dari sekadar malam mingguan. Untuk para jomblo di luar sana, berbahagialah karena kalian semuga sedang dijaga dari perbuatan maksiat oleh Allah SWT.
Tamat.