Semakin redup dan palsu
Hanya itu
Setapak jalan yang engkau lalui
Jauh musim ditelan bumi
Berharap kidung sunyi tetap bersemi
Di antara engkau dan aku ada dinding tebal
Kita ciptakan itu usai menempuh perjalanan yang terjal
Tingginya menjulang ke langit tanpa aral
Aku menggigil di pelukan malam
Saat kau hilang kabar bersama kelam
Tiada jejak mengikuti mentari terbenam
Siapa sangka gerak tak lagi lincah seperti dulu
Membaca keheningan tak setajam paku
Urat-urat mulai kendor tiada daya dalam temu
Sekarat menciptakan risau seribu bahasa
Menerangi siang dalam keadaan bercahaya
Mengejar waktu yang kabur melewati masa
Sekeping asa untuk berjalan di atas perahu peradaban
Membawa bekal puisi dengan lauk ikan pengalaman
Menembus badai kehidupan dengan otak kelaparan
Mari kita rasakan asinnya garam lautan
Ketika tiada gula-gula untuk bertahan
Dan menyesap arti kegelapan dalam kebingungan
Engkau akan merasakan hatimu tertinggal sendiri
Sementara keadaan mulai menyadari
Bahwa keyakinan haruslah beradaptasi
Mimpi-mimpi indah dalam kepolosan
Terjun ke bawah dasar laut membelah mutiara harapan
Sirna terbawa angin ribut kepalsuan
Sayap-sayap yang dulu tumbuh dan bersemi indah
Kini retak oleh amukan malam gundah
Diterkam badai sampai akhirnya patah
Pesona luntur bagai lumpur di taman anggur
Tiada lagi amunisi karena kalah tempur
Hanya bisa melihat dari jauh dan tersungkur
Kemana hilangnya nilai-nilai itu?
Semua tampak berubah tak seperti dulu
Hanya ada bekas yang pergi tanpa rasa malu
Jalan-jalan telah mulus untuk dilalui
Bahkan aliran sungai bersih nan jernih seperti jati diri
Masalalu tak akan pernah menghalangi
Musim berganti, namun hati tetap sama
Tiada yang berharga selain kata maaf sebagai harta
Apalah arti butiran debu diteras megah penuh warna
Desir angin malam menjadi saksi bisu sebuah perjalanan panjang
Di mana setiap makhluk menutup mulut kian menghilang
Suara-suara berisik mulai tergantikan bayang-bayang
Sampai detik ini, engkau masih berada dalam trauma kisah yang telah usai
Meminang luka dengan ujaran kebencian tak pernah selesai
Sampai Tuhan rela kita harus berjalan dalam damai
Separuhnya telah engkau ambil dan lupa berbagi
Terpaksa menyudutkan dan menghilangkan saksi
Walaupun semua telah sepakat mengampuni
Kita terbujur kaku dalam gempuran ombak
Tak berdaya melawan arus deras yang galak
Bahkan engkau menyatakan kematian pada tubuh yang masih bergerak
Malam semakin larut
Kita masih belum takut
Bermain dengan maut
Setelah semua yang kita lewati bersama
Ada yang tumbuh tapi bukan padi, namun luka
Dimana obat tak lagi bisa menyembuhkannya
Aku dan engkau telah menciptakan garis kehidupan
Dimana Syurga tak lagi mempertemukan
Walaupun kita sama-sama diuntungkan
Rasa bersalah telah hilang dan bias
Karena kita sama-sama impas
Catatan kemudian adalah tentang rasa yang bebas
Tujuan yang aku buat semuga bukan tujuanmu
Agar kelegaan ini sampai sepanjang waktu
Tanpa harus berujung pilu
Madura,18 Oktober 2022