Aku dan senja
Masih beriringan
Menapaki kaki langit
Menebar cinta tanpa batas
Dengan alur rindu dalam diam
Menyala pada rentetan petang
Masih ada kesempatan
Kala esok hari
Merajut mimpi
Adakah risau
Menutup diri
Dalam keangkuhan
Setiap doaku
Untuk mengiringi senja
Tanpa harus berlari
Mengecam waktu
Memangkas pilu
Melahirkan masa depan
Kecerahan dan kemakmuran
Tuhan menjadi tempat terakhir
Dengan pujian doa dalam temaram
Madura
Langit Biru
Pada langit biru
Aku menunggu
Titah dalam syurga
Menyambung nyawa
Para bidadari
Meringkuk diri dalam ilusi
Mata hati
Kian memandang
Celah yang semakin jelas
Menabur rasa
Menyatukan jiwa
Melangkah bersama
Langit biru
Menjadi saksi
Siang dan malam
Semua seakan bisu
Mencari serpihan hati
Entah mengapa
Tersiksa dan sendiri
Mencari cahaya
Dalam kegelapan
Bahkan hilang arah
Menuju pulang
Merangkai imaji
Hati ini merasa
Tiada dunia lagi
Tempat menyesap air
Saat tertutup rindangnya dedaunan
Menyibak tirai-tirai kepalsuan
Sendiri itu memang menyakitkan
Letih menghadapi kenyataan
Hanya bisa bersemayam
Dalam indahnya peraduan
Madura,
Hamparan Tanah
Dulu sekali aku merasa
Tentang kehidupan pemikir
Sepanjang waktu hanya terpaku
Keadaan yang kejam
Manipulasi diri
Menyemburkan keheningan
Hujaman demi hujaman kata sindiran
Menukik tajam membelah kesunyian
Ingin menghindar sendiri
Di tengah hamparan tanah
Akan ada akhir dari satu cerita
Melepaskan apa yang dirasa berat
Kini aku sudah sampai pada kenyataan itu
Di mana harap tak diharap
Bahkan ketakutan semakin menghantui
Aku hanya bisa menerima
Keadaan yang perlu kuteliti
Hingga nafas ini berakhir
Aku tetaplah aku
Dan aku bisa menjalani
Sepotong demi sepotong kisah
Meski harus bersimbah darah lagi
Atau sekadar menutup diri
Ini hanyalah kehidupan sementara
Sehingga kematian sudah pasti
Apa yang perlu aku takuti
Padahal bekal sudah maksimal
Menghadapi peradilan Tuhan
Meskipun jauh dari kata sempurna
Aku telah berusaha
Meski kemungkinan terburuk itu
Menjumpai segala sisi
Bahkan kenikmatan belum jua usai
Sampai diri ini berakhir
Baik pahit ataupun manis
Semua pasti akan menepi
Madura,
Malam Bicara
Menyesal pun aku tak mampu
Menyalahkan sumber penyakit
Diam dan terus berpikir
Waktu terus berjalan
Gerak harus terus terpacu
Meninggalkan leluka
Malam bicara
Dengan setiap kepekatannya
Banyaklah rahasia di sana
Memecah kebuntuan
Hanya dengan usaha dalam angan
Sisa kekuatan menuju senja
Aku berharap pada keajaiban
Akan ada tangan yang datang
Memberikan sejuta asa
Hingga kehidupan pulih kembali
Dan melukis lagi senyum yang hilang
Mewarnai waktu dengan satu kesibukan
Harapan terakhir
Bahwa tunas akan selalu tumbuh
Mencakar langit dengan hijaunya
Terus bergilir dan beraturan
Tanpa akhir menyeramkan
Semisal mati di tengah jalan
Madura 8 Juli 2022
Menulis puisi itu menyenangkan. Meluapkan isi hati yang terdalam. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi.
Imajinasi menjadi liar. Menyematkan kata majas yang sesuai. Merapikan diksi dengan rayuan kata-kata.
Membaca situasi alam. Dengan hati menjadi pijakan perasaan. Tiada dusta untuk bisa menyampaikan.
Tentang kerisauan hati.