Puisi Tentang Alam Terbaru

0
Senja

Aku dan senja
Masih beriringan
Menapaki kaki langit

Menebar cinta tanpa batas
Dengan alur rindu dalam diam
Menyala pada rentetan petang

Masih ada kesempatan
Kala esok hari
Merajut mimpi

Adakah risau
Menutup diri
Dalam keangkuhan

Setiap doaku
Untuk mengiringi senja
Tanpa harus berlari

Mengecam waktu
Memangkas pilu
Melahirkan masa depan

Kecerahan dan kemakmuran
Tuhan menjadi tempat terakhir
Dengan pujian doa dalam temaram

Madura


Langit Biru

Pada langit biru
Aku menunggu
Titah dalam syurga

Menyambung nyawa
Para bidadari
Meringkuk diri dalam ilusi

Mata hati
Kian memandang
Celah yang semakin jelas

Menabur rasa
Menyatukan jiwa
Melangkah bersama

Langit biru
Menjadi saksi
Siang dan malam

Semua seakan bisu
Mencari serpihan hati
Entah mengapa

Tersiksa dan sendiri
Mencari cahaya
Dalam kegelapan

Bahkan hilang arah
Menuju pulang
Merangkai imaji

Hati ini merasa
Tiada dunia lagi
Tempat menyesap air

Saat tertutup rindangnya dedaunan
Menyibak tirai-tirai kepalsuan
Sendiri itu memang menyakitkan

Letih menghadapi kenyataan
Hanya bisa bersemayam
Dalam indahnya peraduan

Madura,


Hamparan Tanah

Dulu sekali aku merasa
Tentang kehidupan pemikir
Sepanjang waktu hanya terpaku

Keadaan yang kejam
Manipulasi diri
Menyemburkan keheningan

Hujaman demi hujaman kata sindiran
Menukik tajam membelah kesunyian
Ingin menghindar sendiri

Di tengah hamparan tanah
Akan ada akhir dari satu cerita
Melepaskan apa yang dirasa berat

Kini aku sudah sampai pada kenyataan itu
Di mana harap tak diharap
Bahkan ketakutan semakin menghantui

Aku hanya bisa menerima
Keadaan yang perlu kuteliti
Hingga nafas ini berakhir

Aku tetaplah aku
Dan aku bisa menjalani
Sepotong demi sepotong kisah

Meski harus bersimbah darah lagi
Atau sekadar menutup diri
Ini hanyalah kehidupan sementara

Sehingga kematian sudah pasti
Apa yang perlu aku takuti
Padahal bekal sudah maksimal

Menghadapi peradilan Tuhan
Meskipun jauh dari kata sempurna
Aku telah berusaha 

Meski kemungkinan terburuk itu
Menjumpai segala sisi
Bahkan kenikmatan belum jua usai

Sampai diri ini berakhir
Baik pahit ataupun manis
Semua pasti akan menepi

Madura,


Malam Bicara

Menyesal pun aku tak mampu
Menyalahkan sumber penyakit
Diam dan terus berpikir

Waktu terus berjalan
Gerak harus terus terpacu
Meninggalkan leluka

Malam bicara
Dengan setiap kepekatannya
Banyaklah rahasia di sana

Memecah kebuntuan
Hanya dengan usaha dalam angan
Sisa kekuatan menuju senja

Aku berharap pada keajaiban
Akan ada tangan yang datang
Memberikan sejuta asa

Hingga kehidupan pulih kembali
Dan melukis lagi senyum yang hilang
Mewarnai waktu dengan satu kesibukan

Harapan terakhir
Bahwa tunas akan selalu tumbuh
Mencakar langit dengan hijaunya

Terus bergilir dan beraturan
Tanpa akhir menyeramkan
Semisal mati di tengah jalan

Madura 8 Juli 2022

Menulis puisi itu menyenangkan. Meluapkan isi hati yang terdalam. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi.

Imajinasi menjadi liar. Menyematkan kata majas yang sesuai. Merapikan diksi dengan rayuan kata-kata.

Membaca situasi alam. Dengan hati menjadi pijakan perasaan. Tiada dusta untuk bisa menyampaikan.

Tentang kerisauan hati.









Tags

Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top