Puisi Syair Abadi untuk Selamanya

0
Dunia gemulai yang ringkih
Tersedot tinta hitam yang mengintai
Ada saja teluk mencari peradaban

Ruam hangatnya hati mengutarakan
Tentang kehidupan nona padang pasir
Dengan sentuhan maskara kebohongan

Muara surut dilanda kekeringan
Sementara hujan terus menjauhinya
Tanah tandus merindukan siraman rohani

Alam yang menyiksa seorang petani
Berdiam dalam lumpur pengasingan
Menjerit meratapi nasib di atas ketajaman jarum

Tertawakan zaman yang berputar-putar
Mencari arah anak panah menuju ke mana
Sedang mereka duduk bersantai menikmati senja

Tubuh kurus dimakan tanah
Pucat pasi menahan rasa lapar
Dunia gelap tanpa satu penerangan

Kejujuran hanyalah sampah di tengah keangkuhan
Tertutup rapat tanpa jalan keluar
Sementara waktu semakin tak bersahabat

Di tengah kepulan asap dapur yang pengap
Ada perut yang harus diisi dengan sebutir beras
Atau mati meninggalkan seribu tunggakan

Memori usang menjadi bumerang
Tak semua yang disuka harus menyuka
Saat tampang sang penguasa sudah muram

Bertutur tanpa meninggalkan jalur
Sementara jembatan akal semakin tumpul
Yang tersisa hanyalah harapan yang sia-sia

Berlindung pada pelukan Tuhan
Saat iblis senantiasa menguasai hati
Tinggallah ratapan anak yatim dengan ayah ibu

Dada berkobar menantang perang
Tanpa perduli lagi siapa yang harus menang
Dengan beberapa janji yang harus ditepati

Madura, 7 Agustus 2022

Post a Comment

0 Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*

To Top