Adalah wujud darah dan nyawa
Yang binasa di medan peperangan
Nafas perjuangan di atas butir-butir peluh
Siang malam menjadi saksi pelor- pelor kematian
Menara hancur diterpa bom kesunyian
Rudal-rudal dilesatkan
Teriakan dan jeritan memilukan
Adalah simbol harga diri
Mati atau hidup dengan bangga
Mengibarkan bendera di tengah api
Meriam bersahutan di atas tanah negeri
Maju tak gentar mengusir penjajahan
Ada bara api di sana
Berkobar memompa detak jantung lebih cepat
Pertaruhan hakiki menuju kebebasan diri
Langkah gontai menjadi tegak
Pandangan ke depan demi bangsa ini
Mengukir sejarah dengan tinta darah
Pasukan pribumi bersatu dalam Nusantara
Mendukung cita-cita yang sempat ternoda
Hampir mengurai ikatan-ikatan dalam doa
Masih dalam pelukan bumi pertiwi
Melepas tapal batas kebebasan
Menuju merdeka dengan auman singa
Berdiri kokoh menyongsong pagi
Melipat senjata untuk berjuang kembali
Membawanya ke titik nyawa terakhir
Malam menjadi siang begitu juga sebaliknya
Takada waktu untuk terlelap
Karena kematian selalu mengintai
Di balik batu tameng yang menjadi sejarah
Karat luka menganga menyiutkan nyali
Teror datang dengan silih berganti
Bahkan mimpi selalu buruk
Musuh menikam di setiap waktu
Lelah menguras keringat di tempat dingin
Celah kesempatan layaknya di ujung tanduk
Mengejar satu tekat dalam luapan hati
Perasaan bergemuruh menunggu pelukan sanak keluarga
Tak perduli darah berceceran dimana-mana
Mengasah bambu runcing tanda kebisuan
Manakala penguasa berebut kursi tahta
Mirisnya mereka melupakan sejarah
Di mana masa lalu telah terlupakan
Dan pejabat berdasi menjadi tikus di Negeri
Kemiskinan semakin meluas
Lapangan kerja tertutup rapat
Banyak pengemis di Negeri sendiri
Kepedulian hati kian pupus
Merdeka hanya untuk mereka yang berkuasa
Yang kaya semakin kaya
Kebodohan dalam kepintaran
Tak ada manfaat mereka dilepaskan
Semisal anak burung yang masih tumbuh bulu jarum
Tertindas tanpa batas
Mati kelaparan
Mati dua kali
Madura, 10 Agustus 2022